Kemenangan Hati, Kekalahan Demokrasi?

Ramadhan sebentar lagi berlalu, meninggalkan jejak keimanan dan ketakwaan yang kita bangun selama sebulan penuh. Hari-hari penuh doa, puasa, dan ibadah kini berbuah kebahagiaan di penghujungnya: Idul Fitri, hari kemenangan bagi mereka yang telah berjuang menahan hawa nafsu dan mendekatkan diri kepada Allah.

Di tengah gema takbir yang menggema, suasana suka cita berkumpul dengan keluarga, dan harapan baru yang terlahir namun ada satu kenyataan yang tidak bisa kita abaikan: keadaan bangsa yang sedang tidak baik baik saja. Indonesia, negeri yang kita cintai, seolah tak lepas dari berbagai persoalan pelik yang terus membayangi. Dari krisis ekonomi yang semakin menekan rakyat kecil, polarisasi politik yang kian tajam, hingga kebijakan-kebijakan yang menimbulkan kontroversi.

Salah satu keputusan yang menuai banyak perdebatan adalah pengesahan Undang-Undang TNI yang baru. Banyak pihak mengkhawatirkan dampak regulasi ini terhadap tatanan demokrasi dan keseimbangan kekuasaan sipil-militer. Sejarah telah mengajarkan kita betapa pentingnya menjaga supremasi sipil dalam pemerintahan, namun kini kita dihadapkan pada tantangan besar dalam memastikan bahwa reformasi yang telah diperjuangkan tidak berbalik arah.

Di tengah hiruk-pikuk persoalan bangsa, Ramadhan dan Idul Fitri hadir sebagai pengingat bahwa perubahan harus dimulai dari dalam diri. Sebagaimana kita melatih kesabaran dan pengendalian diri selama sebulan penuh, kita juga dituntut untuk memiliki kesadaran kolektif dalam membangun negeri ini.

Hari raya ini hendaknya menjadi momen refleksi, bukan sekadar perayaan. Idul Fitri sejatinya adalah simbol kembali kepada fitrah, kepada nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kasih sayang. Bangsa ini tidak akan berubah jika rakyatnya larut dalam perpecahan dan sikap apatis. Perubahan besar selalu dimulai dari langkah-langkah kecil: saling memahami, menyuarakan kebenaran, dan tidak tinggal diam melihat ketidakadilan.

Di tengah segala tantangan yang kita hadapi, mari kita jadikan Idul Fitri sebagai awal baru, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi bangsa ini. Semoga di hari yang suci ini, hati kita kembali bersih, harapan kita kembali tumbuh, dan langkah kita semakin mantap dalam memperjuangkan kebaikan.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H. Taqabbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir dan batin.

Tagged with:
idulfitriruutni

Penikmat Teh Tawar dan Petualang di Waktu Senggang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like
Ketika Imajinasi Visual Menjadi Ajang Rebutan Digital

Ketika Imajinasi Visual Menjadi Ajang Rebutan Digital

“Adolescence” dan Sisi Gelap Media Sosial: Ketika Dunia Maya Menjadi Cermin Luka Remaja

“Adolescence” dan Sisi Gelap Media Sosial: Ketika Dunia Maya Menjadi Cermin Luka Remaja

Bahaya Laten Kecanduan Gadget bagi Remaja: Saat Dunia Nyata Mulai Terlupakan

Bahaya Laten Kecanduan Gadget bagi Remaja: Saat Dunia Nyata Mulai Terlupakan

FOMO ChatGPT untuk Style Ghibli Studio: Kecemasan Digital dalam Balutan Imajinasi

FOMO ChatGPT untuk Style Ghibli Studio: Kecemasan Digital dalam Balutan Imajinasi

Politik balas BUDI dan PELUMRAHAN!

Politik balas BUDI dan PELUMRAHAN!

Keseimbangan yang Tak Tampak

Keseimbangan yang Tak Tampak